Mencipta Pribadi Pembelajar

Januari 13, 2015
Siswa Pembelajar

Tidak ada siswa bodoh, yang ada siswa malas, dan tidak ada siswa malas, yang ada siswa tidak termotivasi.

Benarkah siswa bodoh? Tidak ada siswa bodoh, yang ada siswa yang malas, dan tidak ada siswa malas, yang ada siswa yang tidak termotivasi. Mungkin kata-kata itu penting untuk direnungkan. Sebab sejarah telah menulis nama-nama besar adalah mereka yang berlabel bodoh di kelas sehingga beberapa di antara mereka terpaksa keluar sekolah. Sebut saja Thomas Alfa Edison. Sewaktu kecil Edison hanya sempat mengikuti sekolah selama 3 bulan. Gurunya memperingatkan Edison kecil bahwa ia tidak bisa belajar di sekolah sehingga akhirnya ibunya memutuskan untuk mengajar sendiri Edison di rumah. Sekarang kita mengenalnya sebagai penemu lampu pijar, meskipun penemuannya lebih dari seribu. Kita pun masih mengingat kata-katanya yang inspiratif: Kesuksesan itu 1% jenius dan 99% kerja keras.

Jika seorang guru menemukan siswa yang dianggapnya bodoh maka sangat mungkin siswa tersebut tidak memiliki motivasi belajar. Bagaimana mungkin siswa akan pandai jika dia malas belajar? Maka di situlah peran guru diperlukan. Seorang guru yang mampu membangkitkan semangat, mampu meyakinkan siswanya bahwa mereka semua berpotensi dan mempunyai peluang sama untuk menjadi pandai. Bahwa mereka adalah penting. Bahwa mereka layak berprestasi. Tentu dengan segala kelebihan dan kekurangan yang siswa miliki. Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang guru? Tidak salah lagi, seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik sebaiknya juga sebagai seorang motivator bagi siswanya.

Menjadi seorang guru juga sebagai motivator bagi siswanya adalah sangat penting dan sangat mungkin, sebab ada hal penting yang dimiliki oleh guru, yaitu siswa lebih mudah percaya dan mudah menaati apa-apa yang dikatakan oleh gurunya bahkan mungkin melebihi ketaatan kepada orang tuanya. Mereka juga lebih perhatian terhadap apa yang ada pada gurunya. Kata-katanya, sikap dan perilakunya, bahkan apa yang melekat pada tubuhnya. Hal penting itu adalah peluang yang tidak boleh disia-siakan. Maka idealnya seorang guru tidak hanya mengajarkan materi yang menjadi spesialisasi tapi juga bisa berkata-kata dan bersikap yang mampu membangkitkan motivasi siswa. Bersikap dan berperilaku yang mampu menghipnotis siswa untuk meniru. Guru yang mampu dan mau memikirkan bagaimana agar siswa memiliki kemauan untuk belajar. Bukan hanya saat jam tatap muka di kelas tapi juga di rumah. Bukan hanya pada saat ada tugas rumah atau menjelang ada ulangan tapi menyengaja meluangkan waktu khusus untuk belajar setiap hari. Sehingga akan terbentuk pribadi pembelajar. Hingga di saat mereka lulus entah mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja mereka akan tetap belajar. Bukankah zaman terus berubah sehingga menuntut setiap individu manusia untuk berubah? Dan setiap upaya berubah selalu mensyaratkan belajar. Tak salah lagi, pribadi pembelajar adalah modal dasar bagi siapa saja yang ingin menggapai masa depan lebih baik. Jika siswa sudah menjadi pribadi pembelajar maka siswa tidak akan pernah putus asa manakala ia gagal. Sebab kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Demikian juga saat mereka masuk dunia kerja atau memutuskan berwira usaha sudah tentu mereka menginginkan pencapaian yang lebih baik. Proses pencapaian taraf lebih baik adalah nihil jika mereka berhenti belajar. Membangkitkan motivasi agar siswa mau terus belajar hingga mereka menjadi pribadi pembelajar adalah penting, bahkan lebih penting dari proses pembelajaran itu sendiri.

Seorang guru bisa memberikan motivasi di awal atau di sela-sela pembelajaran dan tidak mesti berhubungan dengan materi. Bisa apa saja. Bisa hanya dengan cerita atau memutar film pendek yang bisa membangkitkan motivasi. Atau sesuatu yang bisa menjadikan siswa senang, tersenyum, bahkan tertawa. Pembelajaran yang diawali dengan hal lucu yang menjadikan siswa tertawa akan berjalan lebih baik sebab pembelajaran dalam suasana fun jauh lebih efektif (Peter Kline). Maka pemanfaatan teknologi audio-visual sebagai media pembelajaran adalah mutlak perlu, mengingat dunia di luar sekolah teknologi sudah menjadi konsumsi sehari-hari bahkan seolah-olah menyatu dengan tubuh. Menjadi salah satu anggota tubuh, mungkin. Dan itu lebih menarik bagi siswa. Lalu bagaimana mungkin pembelajaran akan menjadi menarik di mata siswa jika guru masih mengajar hanya menggunakan media papan tulis dan spidol? Sedangkan media yang mereka konsumsi di luar sekolah lebih menarik dan menyenangkan? Teknologi yang semakin canggih memanjakan setiap individu. Media audio-visual yang sudah terintegrasi dalam sebuah teknologi super mini, smartphone, lebih digemari siswa. Tidak ada pilihan lain bagi guru kecuali memutuskan untuk berkreasi menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan memanfaatkan teknologi audio-visual sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Kreativitas guru dalam mengajar yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, muaranya adalah membentuk siswa menjadi pribadi pembelajar. Pribadi pembelajar adalah kunci awal kesuksesan.[]


Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
First
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

Tidak ada komentar