Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Tingkatkan Aktivitas Peserta Didik dengan Discovery Learning

Januari 12, 2023

 

Tingkatkan Aktivitas Siswa dengan Discovery Learning

PEMAHAMAN konsep yang  menyeluruh untuk memecahkan masalah merupakan tujuan pokok dari proses pembelajaran. Tetapi ketika aktivitas  peserta didik selama belajar  masih rendah, maka sulit mencapai tujuan tersebut. Hal ini  juga terjadi pada proses pembelajaran Fisika di SMKN H.  Moenadi Ungaran.

Rendahnya aktivitas peserta  didik karena proses pembelajaran yang dilaksanakan belum  tepat. Untuk itu diperlukan  model pembelajaran yang dapat membantu proses belajar  peserta didik. Sehingga aktivitas peserta didik dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu  proses pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan  aktivitas peserta didik adalah model Discovery Learning.

Menurut Kurniasih dan Sani (2014), model Discovery Learning  adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila tidak  disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya. Tetapi  diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Dalam mengaplikasikan Discovey Learning  guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan  kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif.

Proses belajar mengajar lebih  menekankan pada model Discovery Learning menjadi salah  satu solusi dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Dalam  model Discovery Learning peserta didik dapat menemukan  fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap  ilmiah peserta didik itu sendiri yang tentunya akan berpengaruh  positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Penerapan model ini di SMKN H. Moenadi Ungaran bertujuan untuk meningkatkan aktivitas  peserta didik materi Sifat Mekanik Bahan mengacu pada sintaks  Model Discovery Learning. Yang dikemukakan Syah (2004) yaitu  stimulation (pemberian rangsangan), problem statement, (pernyataan/identifikasi masalah),  data collection (pengumpulan  data), data processing (pengolahan data), dan verification. 

Sebelum pembelajaran model ini diterapkan, guru membuat  perencanaan. Proses perencanaan ini antara lain menyusun  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan  fasilitas dan sarana pendukung  yang diperlukan di kelas, membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan menyusun  instruksi yang akan disampaikan kepada peserta didik. 

Saat proses pembelajaran, guru menerapkan tahap-tahap  pembelajaran yang sesuai dengan sintaks model Discovery  Learning. Pertama, guru memberikan pertanyaan mendasar  tentang materi sifat mekanik  bahan. Kedua, guru menjelaskan kompetensi yang harus  dikuasai dalam materi. Ketiga,  guru menjelaskan tentang materi dan dihubungkan dengan  kehidupan nyata. Keempat,  peserta didik diminta memahami prosedur percobaan pada  LKPD. Kelima, guru memfasilitasi peserta didik untuk membentuk kelompok. Keenam,  peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan  LKPD melalui percobaan. Ketujuh, guru berkeliling untuk  memberikan bimbingan kepada peserta didik. Kedelapan,  hasil kerja kelompok dipresentasikan dan dikumpulkan kemudian guru mengoreksi hasil  kerja kelompok peserta didik.

Pada saat berkeliling untuk memberikan bimbingan, guru melakukan pengamatan untuk mengetahui semua perilaku  atau aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran.  Selain itu mengambil gambar/  foto dan video sebagai dokumentasi aktivitas peserta didik  selama pembelajaran. 

Penerapan model pembelajaran Discovery Learning ternyata mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Mulai dari  mengamati, menuliskan hipotesis, melakukan percobaan,  menganalisis data hasil percobaan, menuliskan kesimpulan,  dan melakukan presentasi. Peserta didik akan merasakan  pengalaman belajar bermakna  karena mengalami secara langsung proses penemuan dengan  mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan materi pembelajaran. (tt1/fth)  

Oleh: Mustajab [Guru Fisika SMKN H. Moenadi Ungaran, Kab. Semarang]

Artikel Aktivitas Pembelajaran--Jawa Pos


Cara Mudah Menjadi Peringkat 1 Di Kelas/Sekolah

Juni 25, 2015
Peringkat 1

Menduduki peringkat 1 di kelas/sekolah adalah harapan sebagian besar pelajar. Di samping menjadikan keluarga bangga khususnya kedua orang tua, peringkat 1 mampu menjadikan pelajar lain tertarik sama kamu. Pengalaman membuktikan ketika Jape Maste meraih peringkat 1 di setiap pembagian rapor, maka banyak pelajar lain khususnya cewek-cewek yang suka (kege-eran nih). Di sekitar rumah tempat tinggal pun sering menjadi perbincangan. Bahkan ada orang tua yang ketika menimang-nimang anaknya berdoa semoga pintarnya kayak Jape Maste.

Selain itu ketika kamu selalu juara 1 kelas/sekolah bakalan banyak beasiswa yang bisa kamu nikmati. Lumayan buat tambah-tambah uang saku. Malah dulu Jape Maste membiayai sekolahnya dengan beasiswa dan itu pun masih berlebih. Gimana, enak kan?

Trus gimana caranya? Dulu ketika Jape Maste masuk SMP, datang dengan prestasi SD biasa saja. Belajar dengan cara biasa alhasil ketika pembagian rapor di catur wulan (sekarang semester) pertama sangat mengecewakan. Sama sekali tidak masuk 10 besar. Kok tahu tidak masuk 10 besar? Coz yang ditulis peringkatnya di rapor cuma peringkat 1 sampai 10. Ya sudah terima saja. Memang begitu hasilnya.

Singkat cerita pada pembagian rapor catur wulan berikutnya, alhamdulillah Jape Maste langsung menduduki peringkat 1. Mulai saat itu Jape Maste langsung dikenal oleh guru-guru dan pelajar lain bahkan kakak kelas; mulai sering dilibatkan dalam kegiatan OSIS hingga akhirnya menjadi ketua OSIS; dan menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti perlombaan dan merebut juara. 

Oke, sekarang simak baik-baik ya caranya:
  1. Jadikan peringkat 1 sebagai tujuan utama kamu di sekolah. Kamu harus menuliskan tujuan itu di hati, pikiran, dan kertas yang bisa sering kamu lihat.
  2. Belajarlah 2x lebih keras dari pelajar lain. Kalau rata-rata mereka belajar 1 jam per hari di rumah maka kamu belajar 2 jam di rumah. Kalau mereka belajar hanya pelajaran yang mereka suka kamu harus belajar semua pelajaran yang kamu suka atau tidak.
  3. Perhatikan dan cermati cara guru mengajar khususnya ketika membuat soal ulangan. Ada kecenderungan guru dalam membuat soal itu terpola. Artinya kamu bisa mencermati tipe soal yang dibuat oleh setiap guru.
  4. Belajar dari buku pelajaran lain yang relevan. Jika kamu tidak punya, pinjamlah ke guru kamu. Dulu Jape Maste selalu meminjam buku cetak yang digunakan guru ketika mau ulangan catur wulan/semester. Coz pada waktu ulangan berlangsung semua buku guru tidak digunakan alias nganggur. Itu kesempatan buat kamu untuk pinjam. Biasanya guru punya lebih dari 1 buku untuk satu mata pelajaran. Kalau bisa pinjam semua saja dan pelajari semuanya.
  5. Ini paling penting. Berlatih soal-soal ulangan semester tahun sebelumnya. Ini untuk mengukur kesiapan kamu menghadapi ulangan semester. Kamu bisa pinjam dari kakak kelas atau langsung ke guru kamu.
  6. Minta doa orang tua terutama ibu. Jape Maste selalu minta doa ibu agar menjadi peringkat 1. Kenapa ibu? Coz doa ibu sangat mustajab. Kalau tidak punya ibu, ya minta doa ayah. Insya Allah sama.
  7. Kalau kamu muslim maka sebaiknya kamu perbanyak shalat malam. Coz doa habis shalat malam juga sangat mustajab.
Gimana? Berasa ribet banget ya? Itu adalah pengalaman Jape Maste ketika meraih peringkat 1 di kelas setelah sebelumnya tidak masuk 10 besar sekalipun. Ada cara yang lebih mudah sebenarnya, tapi butuh konsistensi. Cara berikut adalah cara ketika Jape Maste meraih peringkat 1 di SMA.

Niatkan berangkat sekolah untuk mencari ilmu dan menguasai semua ilmu yang diajarkan di sekolah. Kamu tidak perlu memikirkan nanti bakal peringkat 1 atau tidak. Yang harus ada dalam pikiran kamu adalah menguasai sepenuhnya. Ketika prinsip itu kamu praktikkan maka energi untuk belajar sangat besar sekali. Bahkan pada saat jam istirahat, pelajar lain jajan di kantin, Jape Maste tetap di kelas dan belajar. Keren kan? Ketika kamu belajar dan terus belajar maka ilmu akan kamu kuasai dengan sendirinya. Akhirnya kamu mendapatkan bonus peringkat 1 di kelas/sekolah.

Silakan cara mana yang mau kamu praktikkan. Semoga sukses. Terima kasih.

Cara Mudah Menulis Artikel

Mei 27, 2015
Menulis Artikel

Menulis adalah kegiatan menuangkan ide atau gagasan yang ingin diceritakan dalam bentuk tulisan. Kegiatan ini amat sulit bagi yang belum terbiasa. Bahkan untuk memulai kata pertama yang harus ditulis pun bingung. Padahal menulis sangat bermanfaat. Baik bagi orang lain maupun bagi diri penulis. Bagi orang lain tentu akan mendapatkan manfaat dari pesan atau informasi yang diberikan. Bagi pihak penulis, sel sarafnya akan terangsang untuk terus menemukan ide-ide baru yang akan ditulis.

Bagi Anda yang masih merasa sangat sulit untuk menulis tenang saja karena pada kesempatan ini Jape Maste akan berbagi cara menulis dengan mudah.

Caranya adalah sebagai berikut:
  1. Tentukan tema atau topik atau hal apa yang ingin Anda tulis, misalnya tentang cinta, persahabatan, teknologi, internet, atau apapun.
  2. Tulislah yang ada di pikiran Anda tanpa memperhatikan urutan mana yang harus Anda tulis. Ingat, tanpa memperhatikan urutan kalimat. Pokoknya tulis saja.
  3. Jangan tergoda untuk mengedit tulisan Anda terlebih dulu. Terus saja menulis.
  4. Ketika Anda sudah berhasil menuangkan semua ide ke dalam bentuk tulisan, barulah sekarang Anda mengedit tulisan tersebut. Anda bisa mulai mengedit urutan kalimat dalam satu paragraf, menempatkan paragraf agar enak dibaca secara runtut, mengedit kata yang salah ketik, kemudian menambah atau menghapus kata atau kalimat dalam setiap paragraf agar menjadi satu kesatuan tema yang layak dan enak dibaca.
  5. Semakin sering Anda menulis maka semakin mudah Anda menulis dan semakin bermutu isi tulisan Anda.
Demikin cara menulis artikel dengan mudah. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Guru Miopi

Maret 30, 2015
Guru Miopi

Miopi adalah cacat bias mata di mana cahaya terfokus di depan retina. Efeknya bagi penderita tidak dapat melihat benda jauh. Orang biasa menyebutnya rabun jauh. Tapi ketidakmampuan dalam melihat jauh tidak termaknai real sebagai sebuah cacat mata semata. Ketidakmampuan melihat masa depan. Pragmatis. Melakukan sesuatu harus segera mendapatkan hasil. Juga dapat dikonotasikan sebagai miopi. Salah satunya, guru miopi.

Guru sebagai insan berpendidikan yang tugasnya mentrasfer ilmu, membentuk karakter peserta didik, dan memenuhi sekian harapan masyarakat, seringkali miopi. Lalu apa yang menyebabkan guru miopi?

Negara telah menetapkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian semua institusi pendidikan yang ada mengacu pada statemen tersebut. Akan tetapi pencapaian tujuan nasional yang merupakan resultan dari serangkaian tujuan institusi pendidikan yang ada, belum sepenuhnya tercapai. Kemungkinan itu terjadi karena pemahaman akan pentingnya pencapaian pendidikan nasional belum tertanam oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Terutama guru. Meskipun banyak yang terlibat dan banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut, tapi peran guru lah yang paling banyak memberikan kontribusi karena mereka yang bersentuhan langsung dengan peserta didik. Sebaik apapun sistem pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah kalau guru belum paham betul tentang tujuan pendidikan nasional maka sampai kapanpun tujuan tersebut tidak pernah tercapai. Lalu sudahkah semua guru memahami tujuan pendidikan nasional? Guru yang belum memahami tujuan pendidikan nasional adalah guru miopi. Mereka bekerja tapi tidak pernah tahu tujuan akhir dari apa yang mereka kerjakan di kemudian hari bagi kemajuan bangsa dan negara.

Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
1. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
2. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Jika kita membaca, maka tampak jelas bahwa tujuan pendidikan nasional lebih menitikberatkan pada pembentukan karakter. Artinya generasi penerus yang diharapkan adalah mereka yang berkepribadian baik, berakhlak mulia, serta beriman dan bertakwa. Konsekuensi logisnya adalah guru harus berperan sebagai pendidik yang memberikan nilai-nilai (transfer of value). Artinya guru harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya. Guru harus berakhlak mulia agar peserta didik juga berakhlak mulia. Guru harus beriman dan bertakwa agar peserta didiknya juga beriman dan bertakwa. Pertanyaanya, sudahkan guru di Indonesia memenuhi kriteria itu? Jika belum maka guru itu adalah miopi, karena tidak bisa melihat bahwa peserta didiknya tidak akan menjadi insan yang berkarakter di kemudian hari sebagaimana tujuan nasional pendidikan Indonesia.

Representasi realitas yang ada di pikiran guru dalam menjalankan tugasnya lebih memerankan dirinya sebagai pengajar yang memberikan ilmu (transfer of knowledge). Akibatnya adalah produk pendidikan hanya menisbatkan manusia dengan ilmu pengetahuannya, bermanuver untuk mencapai ambisi pribadi dan menghalalkan segala cara. Mencitrakan diri dengan media sebagai pelacurnya. Memebelokkan berita kemudian melakukan deception. Asal semua tujuan dan keinginannya tercapai. Sehingga pembangunan peradaban untuk kesejahteraan umat manusia yang dicita-citakan bangsa Indonesia sulit diwujudkan.

Pendidikan bukanlah sebuah proses singkat yang hanya memfokuskan pada hasil belajar berupa angka dan huruf. Pendidikan adalah serangkaian proses panjang dan lama yang menjadikan manusia menemukan jati dirinya. Pendidikan juga mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui terciptanya keanggunan berpikir dan bertindak sesuai dengan norma Tuhan. Maka itu guru harus memahami dan memantaskan diri menjadi guru yang mampu mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan pendidikan nasional Indonesia. Bukan menjadi guru miopi.

PISA - SPMA H. Moenadi Turut Tentukan Posisi Indonesia di Dunia

Maret 13, 2015
PISA

Ungaran – Rabu (11/03) SPMA H. Moenadi melaksanakan tes studi PISA (Program for International Student Assessment) yang diikuti oleh 34 siswa berumur 15 tahun. PISA merupakan suatu penilaian pendidikan yang diprakarsai oleh lembaga dunia, OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Swiss.

Tujuan tes ini adalah untuk menilai dan memetakan kualitas pendidikan suatu negara dengan peserta negara lain. Juga mengukur tingkat kesiapan siswa dalam menjalani kehidupan ketika dewasa. Adapun jumlah siswa yang berpartisipasi adalah 35 siswa untuk masing-masing sekolah. Sedangkan jumlah sekolah di Jawa Tengah ada 31 yang dipilih secara acak oleh Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan).

“Ini merupakan kesempatan bagi SPMA untuk ambil bagian dalam memperbaiki posisi Indonesia di tingkat dunia, mengingat Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta PISA tahun 2012.” terang Mustajab selaku koordinator pada level sekolah. Peringkat pertama diduduki oleh Beijing (China), diikuti Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan. Pada tahun ini negara peserta PISA berjumlah 70 negara.

Dengan hasil PISA tahun 2012, Indonesia sudah melakukan upaya perbaikan dengan melakukan pelatihan kepada sekolah-sekolah yang berpartisipasi. Puspendik telah menyediakan soal-soal untuk diujicobakan kepada 35 siswa peserta tes dengan bimbingan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Sains (Fisika, Kimia, Biologi). Harapannya di tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat 10 besar bersanding dengan negara-negara lain yang terkategori negara maju. Semoga. [Jape]





PISA 2015 di SPMA H. Moenadi

Maret 03, 2015
PISA 2015 di SPMA H. Moenadi

Berikut ini adalah daftar peserta PISA (Programme for International Student Assessment) di SPMA Negeri H. Moenadi

Hari dan Tanggal : Rabu, 11 Maret 2015
Waktu : 
Sesi I     : 08.00 - 09.00 (mengerjakan buku tes)
istirahat 5 menit
Sesi II   : 09.05 - 10.05 (mengerjakan buku tes)
istirahat 15 menit
Sesi III  : 10.20 - 10.55 (mengisi angket)



Mohon Kepada seluruh peserta yang terpilih agar mempersiapkan diri dengan belajar mata pelajaran:
1. Bahasa Indonesia
2. Matematika
3. Fisika
4. Kimia
5. Biologi

Bimbingan akan dimulai hari Kamis, 5 Maret 2015 oleh masing-masing pengampu mata pelajaran.
NO
Kelas X.1
1
Alfanny Agusstiansi
2
Andreas Gilang Setyoko
3
Dian Nisrina
4
Diyah Ayu Susilo
5
Ganis Dita Yuana Putri
6
Reza Akbar Alfianza
7
Tiyara Aji Suseno
NO
Kelas X.2
1
Abi Nugroho
2
Alvioni Fara Restina
3
Dimas Ariya Mukti
4
Eko Bagus Saputro
5
Irma Yuli Rahmawati
6
Maulia Amalia Salekhah
7
Mohammad Ammar Hudaibillah
8
Novalia Putri Aditiani
9
Sabrina Rahmawati
NO
Kelas X.3
1
Ardi Dewa Surya Jagad
2
Aslikhah Anjarsari
3
Ibnu Hasan Basri
4
Mukhamad Bagus Prakoso
5
Umar Syarif Hidayatullah
NO
Kelas X.4
1
Adella Nurul Destiany
2
Adi Setiyono
3
Galla Aldhi Kusuma
4
Indah Permata Sari
5
Irvanudin Adib
6
Muhamad Mukhlis
7
Muhammad Hakim Ananda
8
Ratnaduhita Rahma Sari
9
Sonia Febiani
NO
Kelas XI.1
1
Dela Dahlia
2
Kamilia Fauziyyah Probosini
NO
Kelas XI.2
1
Anang Eko Fitriyanto
2
Lutfi Prasetyo Aji

Mencipta Pribadi Pembelajar

Januari 13, 2015
Siswa Pembelajar

Tidak ada siswa bodoh, yang ada siswa malas, dan tidak ada siswa malas, yang ada siswa tidak termotivasi.

Benarkah siswa bodoh? Tidak ada siswa bodoh, yang ada siswa yang malas, dan tidak ada siswa malas, yang ada siswa yang tidak termotivasi. Mungkin kata-kata itu penting untuk direnungkan. Sebab sejarah telah menulis nama-nama besar adalah mereka yang berlabel bodoh di kelas sehingga beberapa di antara mereka terpaksa keluar sekolah. Sebut saja Thomas Alfa Edison. Sewaktu kecil Edison hanya sempat mengikuti sekolah selama 3 bulan. Gurunya memperingatkan Edison kecil bahwa ia tidak bisa belajar di sekolah sehingga akhirnya ibunya memutuskan untuk mengajar sendiri Edison di rumah. Sekarang kita mengenalnya sebagai penemu lampu pijar, meskipun penemuannya lebih dari seribu. Kita pun masih mengingat kata-katanya yang inspiratif: Kesuksesan itu 1% jenius dan 99% kerja keras.

Jika seorang guru menemukan siswa yang dianggapnya bodoh maka sangat mungkin siswa tersebut tidak memiliki motivasi belajar. Bagaimana mungkin siswa akan pandai jika dia malas belajar? Maka di situlah peran guru diperlukan. Seorang guru yang mampu membangkitkan semangat, mampu meyakinkan siswanya bahwa mereka semua berpotensi dan mempunyai peluang sama untuk menjadi pandai. Bahwa mereka adalah penting. Bahwa mereka layak berprestasi. Tentu dengan segala kelebihan dan kekurangan yang siswa miliki. Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang guru? Tidak salah lagi, seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik sebaiknya juga sebagai seorang motivator bagi siswanya.

Menjadi seorang guru juga sebagai motivator bagi siswanya adalah sangat penting dan sangat mungkin, sebab ada hal penting yang dimiliki oleh guru, yaitu siswa lebih mudah percaya dan mudah menaati apa-apa yang dikatakan oleh gurunya bahkan mungkin melebihi ketaatan kepada orang tuanya. Mereka juga lebih perhatian terhadap apa yang ada pada gurunya. Kata-katanya, sikap dan perilakunya, bahkan apa yang melekat pada tubuhnya. Hal penting itu adalah peluang yang tidak boleh disia-siakan. Maka idealnya seorang guru tidak hanya mengajarkan materi yang menjadi spesialisasi tapi juga bisa berkata-kata dan bersikap yang mampu membangkitkan motivasi siswa. Bersikap dan berperilaku yang mampu menghipnotis siswa untuk meniru. Guru yang mampu dan mau memikirkan bagaimana agar siswa memiliki kemauan untuk belajar. Bukan hanya saat jam tatap muka di kelas tapi juga di rumah. Bukan hanya pada saat ada tugas rumah atau menjelang ada ulangan tapi menyengaja meluangkan waktu khusus untuk belajar setiap hari. Sehingga akan terbentuk pribadi pembelajar. Hingga di saat mereka lulus entah mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja mereka akan tetap belajar. Bukankah zaman terus berubah sehingga menuntut setiap individu manusia untuk berubah? Dan setiap upaya berubah selalu mensyaratkan belajar. Tak salah lagi, pribadi pembelajar adalah modal dasar bagi siapa saja yang ingin menggapai masa depan lebih baik. Jika siswa sudah menjadi pribadi pembelajar maka siswa tidak akan pernah putus asa manakala ia gagal. Sebab kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Demikian juga saat mereka masuk dunia kerja atau memutuskan berwira usaha sudah tentu mereka menginginkan pencapaian yang lebih baik. Proses pencapaian taraf lebih baik adalah nihil jika mereka berhenti belajar. Membangkitkan motivasi agar siswa mau terus belajar hingga mereka menjadi pribadi pembelajar adalah penting, bahkan lebih penting dari proses pembelajaran itu sendiri.

Seorang guru bisa memberikan motivasi di awal atau di sela-sela pembelajaran dan tidak mesti berhubungan dengan materi. Bisa apa saja. Bisa hanya dengan cerita atau memutar film pendek yang bisa membangkitkan motivasi. Atau sesuatu yang bisa menjadikan siswa senang, tersenyum, bahkan tertawa. Pembelajaran yang diawali dengan hal lucu yang menjadikan siswa tertawa akan berjalan lebih baik sebab pembelajaran dalam suasana fun jauh lebih efektif (Peter Kline). Maka pemanfaatan teknologi audio-visual sebagai media pembelajaran adalah mutlak perlu, mengingat dunia di luar sekolah teknologi sudah menjadi konsumsi sehari-hari bahkan seolah-olah menyatu dengan tubuh. Menjadi salah satu anggota tubuh, mungkin. Dan itu lebih menarik bagi siswa. Lalu bagaimana mungkin pembelajaran akan menjadi menarik di mata siswa jika guru masih mengajar hanya menggunakan media papan tulis dan spidol? Sedangkan media yang mereka konsumsi di luar sekolah lebih menarik dan menyenangkan? Teknologi yang semakin canggih memanjakan setiap individu. Media audio-visual yang sudah terintegrasi dalam sebuah teknologi super mini, smartphone, lebih digemari siswa. Tidak ada pilihan lain bagi guru kecuali memutuskan untuk berkreasi menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan memanfaatkan teknologi audio-visual sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Kreativitas guru dalam mengajar yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, muaranya adalah membentuk siswa menjadi pribadi pembelajar. Pribadi pembelajar adalah kunci awal kesuksesan.[]